Isnin, 28 November 2011

TSA'LABAH BIN HATHIB

KATA PENGANTAR

Ibnu Abbas berkata : "Janganlah kalian mencaci maki atau menghina para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sesungguhnya kedudukan salah seorang dari mereka bersama Rasulullah sesaat itu lebih baik dari amal seorang dari kalian selama 40 (empat puluh tahun)". (Hadits Riwayat Ibnu Batthah dengan sanad yang shahih. Lihat Syarah Aqidah Thahawiyah hal. 469, Takhrij Syaikh Al-Albani).

Menjunjung tinggi nama baik shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan kewajiban syar'i dan merupakan tuntunan agama. Memberikan penghormatan, keridhaan, serta pujian kepada mereka adalah salah satu prinsip dasar dari prinsip-prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Tulisan di bawah ini sengaja kami angkat dengan maksud untuk Meluruskan Cerita Tentang Tsa'labah bin Hathib, dimana sebagian dari kaum muslimin sering membawakan riwayat Tsa'labah untuk contoh kebakhilan, tanpa berusaha untuk merujuk atau memeriksa kembali kebenaran dari riwayat tersebut.

HADITS TSA'LABAH BIN HATHIB

"Artinya : Celaka engkau wahai Tsa'labah ! Sedikit engkau syukuri itu lebih baik dari harta banyak yang engkau tidak sanggup mensyukurinya. Apakah engkau tidak suka menjadi seperti Nabi Allah ? Demi yang diriku di tangan-Nya, seandainya aku mau gunung mengalirkan perak dan emas, niscaya akan mengalir untukku".

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bawardy, Al-Baghawy, Ibnu Qani', Ibnu Sakan, Ibnu Syahiin, Thabrany, Dailamy dan Al-Wahidi dalam Asbabun Nuzul (hal. 191-192). Semua meriwayatkan dari jalan Mu'aan bin Rifa'ah As-Salamy dari Ali bin Yazid dari Al-Qasim bin Abdur Rahman dari Abu Umamah Al-Baahiliy, ia berkata : "Bahwasanya Tsa'labah bin Hathib Al-Anshary datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu ia berkata : 'Ya Rasulullah, berdo'alah kepada Allah agar aku dikaruniai harta'. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "(Ia menyebutkan lafadz hadits di atas)".

Kemudian ia berkata, demi Dzat yang mengutusmu dengan benar, seandainya engkau memohonkan kepada Allah agar aku dikaruniai harta (yang banyak) sungguh aku akan memberikan haknya (zakat/sedekah) kepada yang berhak menerimanya. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a : 'Ya Allah, karuniakanlah harta kepada Tsa'labah'.

Kemudian ia mendapatkan seekor kambing. Lalu kambing itu tumbuh beranak sebagaimana tumbuhnya ulat. Kota Madinah terasa sempit baginya. Sesudah itu, ia menjauh dari Madinah dan tinggal di satu lembah (desa). Karena kesibukannya, ia hanya berjama'ah pada shalat Dhuhur dan Ashar saja, dan tidak pada shalat-shalat lainnya. Kemudian kambing itu semakin banyak, maka mulailah ia meninggalkan shalat berjama'ah sampai shalat Jum'ah pun ia tinggalkan.

Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada para shahabat : "Apa yang dilakukan Tsa'labah ?" Mereka menjawab : "Ia mendapatkan seekor kambing, lalu kambingnya bertambah banyak sehingga kota Madinah terasa sempit baginya ...." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus dua orang untuk mengambil zakatnya seraya berkata : "Pergilah kalian ke tempat Tsa'labah dan tempat fulan dari Bani Sulaiman, ambillah zakat mereka berdua". Lalu keduanya pergi mendatangi Tsa'labah untuk meminta zakatnya. Sesampainya di sana dibacakan surat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Serta merta Tsa'labah berkata : "Apakah yang kalian minta dari saya ini pajak atau sebangsa pajak ? Aku tidak tahu apa yang sebenarnya yang kalian minta ini !.

Lalu keduanya pulang dan menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tatkala beliau melihat keduanya (pulang tidak membawa hasil), sebelum berbicara, beliau bersabda : "Celaka engkau, wahai Tsa'labah ! Lalu turun ayat :

"Artinya : Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah : 'Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran)".
(At-Taubah : 75-76).

Setelah ayat ini turun, Tsa'labah datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia mohon agar diterima zakatnya. Beliau langsung menjawab : "Allah telah melarangku menerima zakatmu". Sampai Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, beliau tidak mau menerima sedikitpun dari zakatnya. Dan Abu Bakar, Umar, serta Usman-pun tidak mau menerima zakatnya di masa khilafah mereka.

KETERANGAN :

Hadits ini sangat Lemah Sekali.

Dalam sanad hadits ini ada dua rawi yang lemah :

1. Ali bin Yazid, Abu Abdil Malik, seorang rawi yang sangat lemah.


* Imam Al-Bukhari dalam kitabnya berkata : "Ali bin Yazid, Abu Abdil Malik Al-Alhany Ad-Dimasyqy adalah rawi munkarul hadits". (Lihat : Adh Dhu'afaa'us Shaghiir No. 255).

* Imam Nasa'i berkata : "Ia meriwayatkan dari Qasim (bin Abdur Rahman), ia matrukul hadits". (Lihat : Adh-Dhua'faa wal Matrukiin No. 455).

* Imam Daruquthny berkata : "Ia seorang matruk (yang ditinggalkan)".

* Imam Abu Zur'ah berkata : "Ia bukan orang yang kuat". (Periksa : Mizanul I'tidal 3:161, Taqribut Tahdzib 2:46, Al-Jarhu wat Ta'dil 6:208, Lisanul Mizan 7 :314).

2. Mu'aan bin Rifaa'ah As-Salamy, seorang rawi yang lemah.




* Ibnu Hajar berkata : "Ia rawi lemah dan sering memursalkan hadits". (Periksa : Taqribut Tahdzib :258).

* Kata Imam Adz-Dzahabi : "Ia tidak kuat haditsnya". (Periksa Mizanul I'tidal 4:134).



Para Ulama yang melemahkan hadits-hadits ini diantaranya ialah :

* Ibnu Hazm, ia berkata : "Riwayat ini Bathil". (Al-Muhalla 11:207-208).
* Al-Iraqy berkata : "Riwayat ini Dha'if". (Lihat Takhrij Ahadist Ihya Ulumudin 3:272)
* Ibnu Hajar Al-Asqalany berkata : "Riwayat tersebut Dha'if dan tidak boleh dijadikan hujjah". (Lihat : Fathul Bari 3 :266).
* Ibnu Hamzah menukil perkataan Baihaqi : "Dha'if". (Lihat Al-Bayan wat Ta'rif 3:66-67).
* Al-Manawi berkata : "Dha'if" (Lihat : Faidhul Qadir 4:527).

RIWAYAT YANG BENAR

Tsa'labah bin Hathib adalah seorang shahabat yang ikut dalam perang Badar sebagaimana disebutkan oleh :

* Ibnu Hibban dalam kitab Ats-Tsiqaat 3:36.
* Ibnu Abdil Barr dalam kitab Ad-Durar. halaman 122.
* Ibnu Hazm dalam kitab Al-Muhalla 11:208
* Ibnu Hajar Al-Asqalany dalam kitab Al-Ishaabah fil Tamyiizis Shahaabah I:198

Dalam buku At-Tasfiyah wat Tarbiyah wa Atsarihima Fisti'nafil Hayat Al-Islamiyyah (hal. 28-29) oleh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsary disebutkan pembelaan terhadap shahabat Tsa'labah bin Hathib, ia berkata : "Tsa'labah bin Hathib adalah shahabat yang ikut (hadir) dalam perang Badr".

Sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang ahli Badar.

"Artinya : Tidak akan masuk Neraka seseorang yang ikut serta dalam perang Badar dan perjanjian Hudaibiyah".
(Hadits Riwayat Ahmad 3:396).

SIKAP KITA

Sesudah kita mengetahui kelemahan riwayat ini maka tidak halal bagi kita membawakan riwayat Tsa'labah bin Hathib untuk contoh kebakhilan, karena bila kita bawakan riwayat itu berarti :

1. Kita berdusta atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
2. Kita menuduh shahabat ahli Surga dengan tuduhan yang jelek.
3. Kita berdusta kepada orang yang kita sampaikan cerita tersebut kepadanya.

Ingat, kita tidak boleh sekali-kali mencela, memaki atau menuduh dengan tuduhan yang jelek kepada para shahabat Rasululluh shallallahu 'alaihi wa sallam.

Beliau bersabda :

"Artinya : Barangsiapa mencela shahabatku, maka ia mendapat laknat dari Allah, malaikat dan seluruh manusia".
(Hadits Riwayat Thabrani).

Kelebihan 10 Muharram

Dari Ibnu Abbas r.a. katanya, ketika Nabi s.a.w. tiba di Madinah, Baginda melihat orang yahudi berpuasa pada hari asyura. Nabi pun bertanya, "Hari apa ini ?". Jawab mereka, "Hari ini ialah hari yang baik. Pada hari ini Allah melepaskan Bani Israil dari musuh mereka, kerana itu Nabi Musa berpuasa kerananya". Sabda Nabi, "Aku lebih berhak daripada kamu dengan Musa". Oleh itu Nabi berpuasa dan menyuruh orang lain berpuasa pada hari asyura. (Sahih Bukhari)

Dari Aisyah r.a. katanya "Biasanya orang Quraisy pada masa jahiliah berpuasa pada hari asyura dan Nabi s.a.w. pun berpuasa. Ketika Baginda tiba di Madinah, Baginda juga berpuasa pada hari asyura dan menyuruh orang lain berpuasa juga". (Sahih Muslim)

Dari Salamah bin Akwa r.a. dia menceritakan bahawa Rasulullah s.a.w. mengutus seorang lelaki suku Aslam pada hari Asyura dan memerintahkan kepadanya supaya mengumumkan kepada orang ramai, "Sesiapa yang belum puasa hari ini hendaklahlah dia berpuasa dan siapa yang telah terlanjur makan hendaklahlah dia puasa juga sejak mendengar pemgumuman ini sampai malam". (Sahih Muslim)

Dari Ibnu Abbas r.a katanya, " Penduduk Khaibar berpuasa pada hari asyura dan menjadikannya sebagai hari raya, dimana wanita mereka memakai perhiasan dan pakaian yang indah pada hari itu. Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda, "Puasalah kamu pada hari itu". (Sahih Muslim)

Dari Abu Qatadah Al-Anshari r.a. katanya Rasulullah s.a.w. ditanya orang tentang puasa hari arafah (9 Zulhijjah). Jawab baginda, "Semoga dapat menghapus dosa tahun yang lalu dan yang akan datang". Kemudian Nabi ditanya pula tentang puasa hari asyura (10 Muharram). Jawab baginda, "semoga dapat menghapus dosa tahun yang lalu". (Sahih Muslim)

Imam Syafi`e Rahimahullahu Ta`ala menyebutkan di dalam Kitab Al-Umm dan Al-Imla' disunatkan berpuasa tiga hari iaitu hari kesembilan (Tasu`a'), kesepuluh (`Asyura') dan kesebelas bulan Muharram. Tetapi tidak ditegah jika berpuasa hanya pada 10 Muharram sahaja.

Kelebihan Bulan Muharram

1. Bulan Muharram ialah bulan pertama dalam kalendar hijriah.

2. Bulan Muharram adalah salah satu dari pada bulan-bulan Haram.

Allah berfirman, ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 36)

Nabi saw. bersabda, “Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan suci. Tiga bulan berturut-turut iaitu Zulkaedah, Zulhijjah dan Muharram. Dan satu bulan lagi adalah Rejab yang terletak antara Jamadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Muslim no. 1679)

Bulan Haram yang dihormati itu ialah: Zulkaedah, Zulhijjah, Muharam dan Rejab.
Umat Islam dilarang berperang dan berbunuhan dalam bulan-bulan ini kecuali jika mereka diugut.Larangan untuk melakukan maksiat adalah lebih keras dibanding bulan-bulan lain.

Abdullah Ibnu Abbas ra. mengatakan maksiat yang dilakukan di bulan haram adalah lebih besar dosanya dan amal baik yang dilakukan di bulan haram adalah lebih besar pahalanya. (Tafsir At-Thabari)

Al Allamah Ibnu Hajar menulis, telah meriwayatkan oleh Abi Daud bahawa Nabi (صلى الله عليه وسلم) memandubkan (yakni SUNAT) berpuasa di BULAN-BULAN HARAM .

Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda, "Puasa yang paling utama sesudah puasa bulan Ramadan ialah puasa di bulan Muharram". (HR Muslim no. 1163)

Maal Hijrah 1433

Peristiwa hijrah Rasulullah s.a.w. bukan berlaku dalam bulan Muharram.Pengkaji sejarah yang masyhur mengatakan hijrah tersebut berlaku pada bulan Safar.
Tahun berlaku peristiwa hijrah Rasulullah s.a.w ditandakan sebagai permulaan kiraan kalendar Islam.Tahun berlaku peristiwa hijrah telah ditanda sebagai tahun 1 atau tahun pertama kalendar Islam.

Bulan Muharram ialah bulan pertama dalam kalendar hijriah. Bila tiba bulan Muharram maka tibalah tahun baru.Berubahnya tahun bererti bertambahnya umur kita. Bertambahnya umur bererti semakin dekatlah kita dengan kematian.

Isnin, 7 November 2011

Amalan Selepas Solat 5 Waktu

Tsauban r.a meriwayatkan: “Biasanya Rasulullah s.a.w. apabila telah selesai solat akan mengucapkan أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ "astaghfirullah" tiga kali, kemudian mengucapkan "اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. "Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikram.”- (HR Muslim)

Uqbah bin Amir meriwayatkan: “Rasulullah s.a.w. telah memerintahkanku supaya aku membaca ‘Al-Muawidzat’ (1.Qulhuwallahu Ahad. 2. Qul a’udzu bi rabbil falaq 3. Qul a’udzu bi rabbinnaas.) selepas setiap solat fardu.” (HR Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i)

Nabi bersabda, "Siapa yang membaca selepas habis solat, Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali, lalu untuk mencukupkan bilangan seratus dengan membaca "Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku walahul-hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadir" maka akan diampunkan dosa-dosanya walaupun sebanyak buih air laut." (HR Muslim)

Nabi bersabda, "Sesiapa membaca ayat kursi selepas setiap solat fardu, tidak ada yang menghalangnya dari masuk syurga selain kematian.” (HR ath-Thabrani no.7532 disahihkan oleh al-Albani)

Salam Aidil Adha 1432H

Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Walillah hilham.

- Solat hari raya dan sembelih korban
Dari Al-Barra, katanya; "Saya mendengar Nabi berkhutbah. Kata beliau: "Pekerjaan kita hari ini (10 Zulhijjah) ialah solat. Sesudah itu pulang dan menyembelih korban. Sesiapa yang berbuat demikian bererti telah menjalankan agama kita." (Sahih Muslim)

- Tidak makan sehingga selesai solat 'idil Adha.
Diriwayatkan dari Buraidah ra. ia berkata : Adalah Nabi saw keluar untuk solat 'idil fitri selepas makan terlebih dahulu dan tidak makan pada 'idil adha sehingga beliau kembali dari solat hari raya. ( H.R : Ibnu Majah, At-Tirmidzi dan Ahmad)


- Tidak melalui jalan yang sama waktu pergi dan balik solat hari raya.
Diriwayatkan dari Jaabir ra. ia berkata : Adalah Nabi saw apabila keluar untuk solat hari raya ke mushalla, beliau menyelisihkan jalan ( yakni waktu pergi melalui satu jalan dan waktu balik melalui jalan yang lain ). (H.R : Bukhari )

- Perempuan juga digalakan menghadiri perhimpunan solat hari raya.
Diriwayatkan dari Ummu 'Atiyah ra. ia berkata : Rasulullah saw. memerintahkan kami keluar pada 'idil fitri dan 'idil adha, semua gadis-gadis, wanita-wanita yang haid, wanita-wanita yang tinggal dalam kamarnya. Ada pun wanita yang sedang haid mengasingkan diri dari tempat solat, mereka menyaksikan kebaikan dan mendengarkan khutbah. Saya berkata : Ya Rasulullah bagaimana dengan kami yang tidak mempunyai jilbab? Beliau bersabda : Pinjamlah daripada saudara mara kamu. ( H.R : Jama'ah)

Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Walillah hilham.

Selasa, 1 November 2011

516 Ekor Lembu di Agih Untuk Hari Raya Korban

SHAH ALAM, 1 NOVEMBER : Kerajaan Negeri menyumbangkan 516 ekorlembu sempena sambutan Hari Raya Aidiladha peringkat negeri Selangor tahun ini.

Menteri Besar, Tan Sri Abdul Khalid Ibrahim berkata sambutan Hari Raya Aidiladha atau Hari Raya Korban memberi mesej penting kepada seluruh umat Islam untuk lebih menghayati sifat pengorbanan tinggi bagi mencapai kejayaan yang diredhai.

“Kerajaan negeri percaya, ibadah korban yang bakal dilaksanakan di peringkat daerah merupakan jalan yang membolehkan kita berkongsi rezeki secara bersama dengan golongan yang kurang berkemampuan termasuklah fakir miskin,” katanya.


Beliau berkata demikian dalam majlis penyerahan lembu-lembu korban di perkarangan Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, di sini hari ini.

Sumbangan lembu-lembu korban tersebut akan diagihkan kepada masjid-masjid di sembilan daerah serata Selangor termasuk Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah dan Masjid UITM, Shah Alam.

Selain itu, kerajaan negeri turut menyumbangkan lembu-lembu korban tersebut kepada badan-badan bukan kerajaan seperti PERKIM, ABIM, Hidayah Center, Brigade Amal Selangor, PANTAS, Lembaga Perumahan, MAIS serta penduduk asal yang beragama Islam.

“Pihak Kerajaan negeri juga berharap, disebalik penyerahan lembu-lembu bagi ibadah korban ini, amalan ini mampu menimbulkan kesedaran keapda umat Islam agar lebih mengimarahkan sambutan Hari Raya Aidiladha dengan memperbanyakan majlis idabah korban di kawasan masing-masing,”katanya

Hadir sama, Mufti Selangor, Datuk Setia Mohd Tamyes Abdul Wahid, Pengarah Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS), Marzuki Hussin dan Imam Besar Masjid Negeri, Ahmad Mustafa Mohd Sidin Al-Muqri.